PERAN SERTA
MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN DESA
PRAKTIKUM MATA
KULIAH DASAR-DASAR KEBIDANAN
TAHUN AJARAN
2012/2013
Telah disetujui
untuk diambil penilaian di depan penguji
Pada Tanggal 02 April 2013
Pada Tanggal 02 April 2013
Dipersiapkan dan
disusun oleh:
Kelompok : IV
Kelas : E
Semester : II
(Endah Retno Dewi, S.ST.,
M.Kes)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dasar kebidanan yang berjudul “Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Melalui Pengembangann Masyarakat Desa” ini tepat pada waktunya. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami harapkan kritik, saran serta bimbingan yang membangun guna perbaikan yang
lebih baik.
Demikain kiranya, semoga dengan adanya makalah ini
bisa memberikan pengetahuan lebih, bermanfaat bagi kita semua dan apa yang kami
sampaikan pada makalh ini bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca
sekalian. Amin.
Yogyakarta, 2013
Penyusun
LAMPIRAN
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status kesehatan di
masyarakat. Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu mencapai 2,6 kematian per 100 kelahiran dan
angka kematian bayi mencapai 32 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai
target MDGs tahun 2015. Dari penilaian sistem kesehatan berbagai negara,
Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator
pencapaian yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan (responsiveness).
Puskesmas memegang peranan penting dalam usaha untuk menurunkan AKI,
AKB, AKABA di Indonesia. Melalui program-program pokoknya diharapkan Puskesmas
sebagai pelayanan strata pertama dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
bisa menerapkan pelayanan kesehatan secara komprehensif (menyeluruh) yang
meliputi usaha promotif, prventif, rehabilitatif, dan kuratif, secara terpadu
dan berkesinambungan.
Selain puskesmas, dalam usaha
untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu,
Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Bidan
bersama sektor yang bersangkutan menggerakkan masyarakat dalam bentuk
pengorganisasian masyarakat yaitu proses pembentukkan organisasi di masyarakat
dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan tersebut, serta
mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber–sumber yang ada di
masyarakat.
Peran serta masyarakat mutlak didalam suatu upaya kesehatan termasuk
upaya kesehatan ibu dan anak. Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja, peran
serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya
kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan
pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan
nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat (Melani,
2009).
f.
Mahasiswa mampu memahami keikitsertaan
masyarakat dalam pertemuan rutin GSI dan desa siaga.
D.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Upaya kesehatan
berumber daya masyarakat (UKBM) adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan
bersama mayarakat dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor dan
lembaga terkait.
Pentingnya
peran serta masyarakat memiliki arti penting dalam pembangunan pada umumnya dan
pembangunan kesehatan pada khususnya. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya
peran serta masyarakat dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 9,
18, dan 174.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1997, peran serta
masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya:
1.
Mengambil tanggung
jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat.
2.
Mengembangkan
kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri
dan masyarakat sehingga termotivasi untuk pemecahan masalah kesehatan yang
dihadapinya.
3.
Menjadi perintis
pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat
dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong.
Menurut Melani
(2009) tujuan pembinaan peran serta masyarakat adalah terwujudnya upaya yang
dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan
ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk
mencapai tujuan tersebut berbagai upaya yang dilakukan berbagai upaya yang
dilakukan adalah:
1.
Peningkatan peran
pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
2.
Peningkatan dan
kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
3.
Dorongan masyarakat
untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kesehatan masyarakat.
Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (1997) langkah Pengembangan PSM meliputi:
1.
Penggalangan
dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai
organisasi kegiatan yang dilaksankan melalui dialog, seminar, lokakarya dengan
memanfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan.
2.
Persiapan petugas
penyelenggara melalui pelatihan, orientasi kepemimpinan di bidang kesehatan.
3.
Persiapan
masyarakat melaui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan
sumber daya yang dimilikinya.
Menurut Yeung (1986) beberapa faktor yang berpengaruh untuk membuat
pendekatan peran serta masyarakat bekerja yaitu:
1.
Motivasi, insentif bagi
kelompok untuk bekerjasama harus ada jika interaksi dan keterlibatan ingin
berkelanjutan.
2.
Kepemimpinan masyarakat,
keberadaan struktur kepemimpinan dalam organisasi formal dan informal di
masyarakat.
3.
Kemampuan untuk melakukan learning approach, adanya fleksibilitas
untuk mencoba aktifitas dan metode baru serta memberi peluang mekanisme feedback untuk belajar dari kesuksesan
dan kesalahan. Dalam hal ini masyarakat diberi hak untuk menentukan pilihannya
sendiri dan menanggung konsekuensinnya.
4.
Sumber daya, kemampuan sumber
daya di masyarakat.
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus ikut dicatat.
Kematian ibu adalah kematian seseorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya
kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai
penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya,
tetapi tidak dari kasus kecelakaan atau incidental
(Depkes RI, 1998).
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu (15-49 tahun)
per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik risiko kematian
ib hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada satu
tahun tersebut (Depkes RI, 1998). Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1000 kelahiran hidup
(Badan Pusat Statistik, 2003).
Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukkan masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (Maternal mortality is an indicator of how
well the entire health care system is functioning). Penyebab kematian Ibu
diantaranya adalah perdarahan, eklamsia, aborsi, infeksi, dan partus lama.
Sedangkan penyebab kematian bayi adalah gangguan perinatal, sistem pernapasan,
diare, sistem percernaan, tetanus, dan syaraf (Depkes RI, 1998).
Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang
bertanggungjawab untuk mencapai pelayanan kesehata ibu dan anak. Menurut Kemenkes No. 128 (2004) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu:
1.
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2.
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggarakan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
3.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
4.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat
5.
Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untk hidup sehat.
6.
Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
7.
Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksana program
kesahatan.
8.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan
a.
Pelayanan kesehatan perorangan
b.
Pelayanan kesehatan masyarakat
Menurut Ali (2008) Program pokok Puskesmas merupakan program
pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang
besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di
Puskesmas untuk
meningkatkan pelayanan KIA yaitu:
1. Program pengobatan
(kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk
mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh
seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
2. Promosi Kesehatan yaitu program
pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar
hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok
maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu
program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan
untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB,
pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan
Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi
(misalnya TB, DBD, Kusta dll).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu
program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
peningkatan peran serta masyarakat.
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu
program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas
yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Menurut Departemen
Kesehatan RI (1997) pengaturan transportasi yang siap pakai untuk rujukan
kegawatdaruratan yaitu:
1.
Rujukan Upaya
Kesehatan
Rujukan
upaya kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan serta rujukan
medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik. Rujukan
kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
2.
Bantuan teknologi
Rujukan
ini dapat berupa permintaan bantua teknologi tertentu baik dalam bidang
kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu memberikan
teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup
sederhana dan dapat dikuasai dan dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh
masyarakat yang bersangkutan. Bantuan teknologi tersebut dapat berupa:
a.
Pembuatan jamban
keluarga dan sarana air minum.
b.
Pembuangan air
limbah.
c.
Penimbangan bayi
untuk pengisian kartu menuju sehat.
3.
Bantuan sarana
transportasi
a. Masyarakat termasuk swasta misalnya, CSR (Corporate Social Responsibility), pengeluaran rumah tangga baik
yang dibayarkan tunai atau melelui sistem asuransi, hibah dan donor dari LSM.
b. Pemerintah pusat dan daerah misalnya, dana pemerintah pusat, dana
pemerintah provinsi, dana pemerintah kabupaten kota, saham pemerintah dan BUMN,
dan premi bagi Jamkesmas yang dibayarkan oleh pemerintah.
c. Dana upaya kesehatan sebagai contoh Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK).
Gambar
1.1 Mekanisme Pelaksanaan P4K
Gambar
1.2 Stiker P4K
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis (Syarifudin, (2011). Upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB juga merupakan komitmen internasional dalam
rangka target mencapai target Millineum
Development Goal’s (MDG’s).
Dalam pelaksanaan GSI, kecamatan merupakan lini terdepan untuk
mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan pendekatan
social budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat penurunan AKI dan
AKB. Selain itu juga GSI mempromosikan program kesehatan di komunitas
lainnya seperti desa siaga. Wujud aksi siaga adalah pembantukan desa siaga,
yaitu desa dimana warga dan pihak-pihak terkait
di dalamnya siap-siaga dan bergotong royong melakukan upaya-upaya penyelamatan
ibu dan bayi baru lahir, terutama pada masa kritis 1-7 hari pasca kelahiran,
sehingga mendukung upaya-upaya penyiapan manusia sehat sejak dini.
Tujuan yang akan dicapai dari aksi siaga dengan pembentukan desa
siaga adalah untuk membentuk atau mengembangkan sistem pencatatan kehamilan, kelahiran dan kematian ibu dan bayi,
menumbuhkan dukungan promosi masyarakat dalam perawatan BBL, dan meningkatkan
perubahan perilaku masyarakat dalam pemberian ASI segera dan ASI saja selama 6
bulan sejak kelahiran.
Dalam kunjungan
ke Puskesmas Sewon 1 kami mendapatkan beberapa informasi mengenai peran serta
masyarakat melalui pengembangan desa yang meliputi:
1.
Pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu
Di Puskesmas Sewon 1 sistem pencatatan kelahiran dan kematian
bayi dan ibu sudah menggunakan komputerisasi. Dalam pencatatan kelahiran dan
kematian bayi dan ibu terdapat beberapa kendala, salah satunya yaitu Bidan
praktik swasta yang tidak melakukan pelaporan ke puskesmas. Jangka penyimpanan
data kelahiran dan kematian bayi dan ibu di Puskesmas Sewon 1 selama 5 tahun
sekali dilenyapkan dan data kelahiran dan kematian bayi dan ibu dilaporkan ke
Dinas Kesehatan setiap bulan.
2.
Peran Puskesmas dalam menggerakkan sasaran agar mau menerima
pelayanan KIA. Upaya yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 untuk mencapai pelayanan
KIA yaitu:
a.
Mengoptimalkan pendataaan ibu
hamil dan kelahiran dengan bekerjasama dengan kader, BPS, BPRB di wilayah setempat.
b.
Meningkatkan peran Bidan pendamping dusun.
c.
Meningkatkan lintas program dan sektoral dalam pelaksanaan
KIA.
d.
Minta dukungan kepala Puskesmas dalam pelaksanaan program KIA
yang mengalami kendala MTBS.
e.
Melakukan penyuluhan posyandu.
f.
Melakukan kunjungan rumah.
g.
Melaksanakan kelas ibu hamil.
h.
Menggerakkan kegiatan KB ibu di wilayah setempat.
i.
Melaksanakan evaluasi PWSKIA setiap bulan di Puskesmas.
j.
Memfasilitasi pelayanan KB pasca persalinan.
Upaya yang dilakukan Puskesmas Sewon 1 untuk mencapai
pelayanan KIA belum tepat sasaran karena pada program MTBS masih relatif rendah
dan terdapat kendala-kendala yang dihadapi seperti, ibu hamil tidak bisa datang
sendiri ke Puskesmas sehingga ibu hamil datang ke BPS terdekat sedangkan BPS
terkadang tidak melakukan pelaporan ke Puskesmas. Hal tersebut membuat
Puskesmas kesulitan untuk mendapatkan data secara menyeluruh.
3.
Peran serta masyarakat dalam mengatur transportasi setempat
yang siap pakai dalam rujukan
kegawatdaruratan.
Alat transportasi yang dapat digunakan untuk rujukan di
Puskesmas Sewon 1 berjumlah 2 pusling sedangkan alat transportasi di desa yang
siap untuk melakukan rujukan kegawatdaruratan hanya bergantung pada warga yang
memiliki kendaraan roda 4. Selama ini dengan adanya 2 pusling di Puskesmas Sewon
1 tidak mengalami kendala dalam proses rujukan kegawatdaruratan.
4.
Peran serta masyarakat dalam mengatur biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu.
Puskesmas Sewon 1 mendapatkan dana dari pemerintah yaitu
Bantuan Operasinal Kesehatan (BOK), sedangkan biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu berupa tabulin, dasolin, jamkesmas, jamkesda dan jampersal.
5.
Pengorganisasian donor darah.
Pengorganisasian donor darah di Puskesmas Sewon 1 bekerjasama
dengan PMI dan Dinas Kesehatan kabupaten Bantul, sedangkan upaya yang dilakukan
Puskesmas Sewon 1 dalam pengorganisasian donor darah dengan melakukan program
P4K pada ibu hamil yaitu dengan memberikan buku KIA dan sticker pada ibu hamil
untuk menyiapkan pendonor darah dari keluarganya minimal 2 pendonor darah dan
upaya yang dilakukan dari pihak Puskesmas jika kehabisan stok darah yaitu
dengan menghubungi PMI kemudian PMI ke Dinas Kesehatan kemudian ke wilayah
setempat kemudian ke desa kemudian ke pendonor darah.
6.
Pertemuan rutin gerakan sayang ibu dan desa siaga.
Puskesmas Sewon 1
melakukan program inovasi yang berupaya untuk menurunkan kematian ibu dan bayi dan upaya yang dilakukan Puskesmas
untuk menurunkan kematian ibu dan bayi yaitu melalui program in door dan out door yang diselenggarakan setiap satu bulan sekali. Program in door antara lain memberikan pelayanan
KIA rutin, melakukan pemantauan dan melakukan sistem rujukan dan program MTBS
yang baru saja dibentuk untuk menurunkan angka kematian balita sedangkan
program out door yang dilakukan
Puskesmas Sewon 1 yaitu melakukan kunjungan rumah untuk memantau bayi dan ibu
risiko tinggi, mengadakan kelas ibu hamil, mendatangi posyandu dan puskesmas
keliling.
Puskesmas Sewon 1 telah melakukan penggerakkan
sasaran agar mau menerima pelayanan KIA pada ibu sudah sesuai dengan Kepmenkes
No.128 (2004) dan teori menurut Ali (2008) karena
sudah menjalankan 6 program wajib dan 2 upaya kesehatan (perorangan &
masyarakat). Banyak program yang dilakukan untuk kesehatan ibu sedangkan untuk
program balita masih jarang sehingga tingkat kematian balita tinggi, namun saat
ini Puskesmas Sewon 1 telah mengadakan program baru untuk balita yaitu program
MTBS yang menjadi program unggulan di Puskesmas Sewon 1.
Sistem rujukan transportasi menurut Departemen Kesehatan RI (1997)
dapat berupa obat-obatan, peralatan medis, dan ambulans guna untuk merujuk
pasien yang mengalami kegawatdaruratan dari puskesmas ke rumah sakit yang dapat
siap pakai untuk pelaksanaan rujukan. Dalam pengaturan sistem transportasi di
Puskesmas Sewon 1 menggunakan 2 unit puskesmas keliling dan untuk rujukan
kegawatdaruratan menggunakan salah satu dari puskesmas keliling namun biasanya
masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan sendiri dalam melakukan rujukan
kegawatdaruratan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) pengaturan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu berasal dari pemerintah pusat misalnya jaminan persalinan (Jampersal),
jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
sedangkan yang berasal dari swasta yaitu asuransi kesehatan (Askes) dan jaminan
sosial tenaga kerja (Jamsostek)
dan yang berasal dari masyarakat yaitu berbentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin),
dana sosial bersalin (Dasolin).
Puskesmas Sewon 1 telah memenuhi pengaturan biaya
bagi masyarakat yang tidak mampu dengan menerima layanan jampersal, jamkesmas,
askes, dan jamkesda sedangkan sumber biaya yang berasal dari masyarakat sendiri
Puskesmas Sewon 1 melayani tabulin dan dasolin.
Pengorganisasian donor darah di Puskesmas Sewon 1
melalui program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
sudah sesuai dengan program mantan Menteri Kesehatan RI Dr.dr. Siti Fadilah
Supari, Sp.JP(K) yang mencanangkan dimulainya penempelan stiker program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) secara nasional.
Menurut Bancoolen (2011) donor darah merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan, dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan di Puskesmas Sewon 1 telah mengupayakan penurunan AKI melalui pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh setiap ibu hamil harus memiliki dua calon pendonor yang siap setiap saat dibutuhkan dalam proses persalinan. Dalam pengorganisasian donor darah seorang ibu hamil biasanya lebih mengutamakan pendonor dari keluarga sendiri namun apabila tidak ada yang sesuai dengan golongan darah dan rhesusnya maka ibu hamil melapor kepada kepala dusun atau kepala desa untuk dicarikan pendonor darah yang sesuai dengan golongan darah dan rhesusnya.
Menurut Bancoolen (2011) donor darah merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan, dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan di Puskesmas Sewon 1 telah mengupayakan penurunan AKI melalui pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh setiap ibu hamil harus memiliki dua calon pendonor yang siap setiap saat dibutuhkan dalam proses persalinan. Dalam pengorganisasian donor darah seorang ibu hamil biasanya lebih mengutamakan pendonor dari keluarga sendiri namun apabila tidak ada yang sesuai dengan golongan darah dan rhesusnya maka ibu hamil melapor kepada kepala dusun atau kepala desa untuk dicarikan pendonor darah yang sesuai dengan golongan darah dan rhesusnya.
Di Puskesmas Sewon
1 tidak mengadakan pertemuan yang mengatasnamakan gerakan sayang ibu namun
melakukan beberapa pertemuan rutin setiap satu bulan sekali dengan melakukan
dua program yaitu in door yang
berupa memberikan pelayanan KIA rutin, melakukan pemantauan
dan melakukan sistem rujukan dan program MTBS yang baru saja dibentuk untuk
menurunkan angka kematian balita sedangkan program dan out door antara
lain yaitu melakukan
kunjungan rumah untuk memantau bayi dan ibu risiko tinggi, mengadakan kelas ibu
hamil, mendatangi posyandu dan puskesmas keliling.
Sesuai dengan teori Syarifudin (2011) bahwa gerakan
sayamg ibu (GSI) merupakan cara untuk mengembangkan kualitas perempuan,
Puskesmas Sewon 1 melalui program in door
dan out door telah sesuai dengan
kriteria dan tujuan GSI yaitu menurunkan angka kematian ibu.
Sistem
transportasi di Puskesmas Sewon 1 sudah cukup memadai dengan adanya dua
pukkesmas keliling. Dari
hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan peran serta
masyarakat di Puskesmas Sewon I sudah baik. Hal itu terlihat dari pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi di Puskesmas Sewon 1 sudah melakukan tugas
pokok puskesmas yang dibantu oleh bidan desa dan BPS dengan melaporkan data
kelahiran dan kematian bayi dan ibu. Peran puskesmas dalam penggerakan KIA juga
sudah baik terlihat dari sudah banyaknya program yang dilakukan untuk kesehatan
ibu dan Puskesmas Sewon 1 juga telah mengadakan program baru untuk balita yaitu
program MTBS yang menjadi program unggulan.
Puskesmas
keliling juga dimanfaatkan dalam rujukan kegawatdaruratan di Puskesmas Sewon 1.
Untuk masalah pembiayaan bagi masyarakat tidak mampu, Puskesmas Sewon 1
melayanai Jamkesmas, Jampersal, Jamkesda, Askes. transportasinya Puskesmas Sewon 1 menggunakan 2 unit
puskesmas keliling dan untuk rujukan kegawatdaruratan. Untuk masalah pembiayaan
bagi masyarakat tidak mampu, Puskesmas Sewon 1 melayani Jamkesmas, Jampersal,
Jamkesda, Askes.
Kemudian untuk pengorganisasian donor darah di Puskesmas Sewon 1 menggunakan
program P4K sudah sesuai dengan program Menteri Kesehatan RI. Hanya saja untuk
pertemuan rutin gerakan sayang ibu di Puskesmas Sewon 1 tidak mengadakan
pertemuan yang mengatas namakan gerakan sayang ibu namun melakukan beberapa
pertemuan rutin setiap satu bulan sekali dengan melakukan dua program yaitu in door dan out door.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja puskesmas dalam
memberdayakan masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Lebih meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk lebih memahami peran serta masyarakat melalui pengembangan
desa.
Arali, 2008, Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas, http://arali2008.wordpress.com/2011/12/16/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/,
diunduh tanggal 02 Mei 2013 pukul 21.00 WIB.
Dancoolen, R, 2011, Kegiatan Donor
Darah Berjalan, http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/kegiatan-donor-darah-berjalan.html#,
diunduh pada tanggal 20 arpil 2013 pukul 20.00 WIB.
Husada, D, 2011, Pencatatan Kelahiran dan Kematian, http://rantingbungaayu.blogspot.com/p/pencatatan-kelahiran-dan-kematian.html,
diunduh tanggal 28 April 2013 pukul 19.00 WIB.
Husada, D, 2011, Pengorganisasian Donor Darah Berjalan, http://kebidanank.blogspot.com/p/pengorganisasian-donor-darah-berjalan.html,
diunduh tanggal 29 April 2013 pukul 21.00 WIB.
Husada, D, 2011, Pergerakkan Sasaran Agar Mau, http://kebidanank.blogspot.com/p/penggerakan-sasaran-agar-mau.html,
diunduh tanggal 30 April 2013 pukul 22.00 WIB.
Kebijakan Dasar Puskesmas, Kepmenkes No. 128, 2004.
Lestari, A, 2012, Organisasi Peduli Donor Darah, http://dhiiyan-gildy.blogspot.com/2012/10/organisasi-peduli-donor-darah-pmi.html,
diunduh tanggal 29 April 2013 pukul 22.00 WIB.
Muis, J, 2012, Pembinaan Peran Serta Masyarakat, http://amazingbiges.blogspot.com/2012/04/pembinaan-peran-serta-masyarakat-dalam.html,
diunduh tanggal 30 April 2013 pukul 21.00 WIB.
Muis, J, Pembinaan Peran Serta Msyarakat, http://amazingbiges.blogspot.com/2012/04/pembinaan-peran-serta-masyarakat-dalam.html,
diunduh tanggal 27 April 2013 pukul 20.00 WIB.
Sihono, T, 2011, Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Peran, http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-peran.html,
diunduh tanggal 21 April 2013 pukul 19.00 WIB.
Suparyanto, 2011, Mutu Pelayanan KIA, http://by--one.blogspot.com/2011/05/mutu-pelayanan-kia-kesehatan-ibu-dan.html,
diunduh tanggal 28 April 2013 tanggal 19.00 WIB.
Syafrudin, 2011, Gerakan
Sayang Ibu, http://materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/gerakan-sayang-ibu.html,
diunduh pada tanggal 20 April 2013 pukul 21.00 WIB.
Syafrudin, 2011, Pergerakkan Peran Serta Maysrakat, http://askebvkebidanankomunitas.blogspot.com/p/pergerakan-peran-serta-masyarakat.html,
diunduh tanggal 28 April 2013 tanggal 21.30 WIB.
Widyatun, D, 2012, Pembinaan
Peran Serta Masyarakat, http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pembinaan-peran-serta-masyarakat-di.html,
diunduh tanggal 20 April 2013 pukul 21.15 WIB.
LAMPIRAN
Pengembangan PSM melalui pengembangan desa
Pengembangan PSM melalui pengembngan desa 13 April 2013,
pembimbing Endah Retno, S.ST., M.Kes
Daftar pertanyaan 1
1.
Bagaimana sistem pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan
ibu, apakah menggunakan sistem pembukuan atau melalui komputer?
2.
Apakah ada kendala dalam proses pencatatan kelahiran dan
kematian bayi dan ibu?
3.
Berapa lama Jangka penyimpanan data kelahiran dan kematian
bayi dan ibu?
4.
Berapa tahun sekali data-data tersebut dilaporkan ke dinas
kesehatan?
Daftar
pertanyaan 2
1.
Upaya apa saja yang sudah dilakukan agar mencapai pelayanan KIA?
2.
Apakah pelayanan KIA sudah tepat sasaran?
3.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam memberikan pelayanan
KIA?
4.
Apakah puskesmas ini sudah mampu untuk memberikan pelayanan
ini secara menyeluruh?
Daftar pertanyaan 3
1.
Ada berapa alat transportasi yang dapat digunakan?
2.
Bagaimana sistem pengaturan transportasi?
3.
Apakah kendaraan ini sudah memadai dalam keadaan kedaruratan?
Daftar pertanyaan 4
1.
Apakah di puskesmas ada biaya bagi masyarakat yang tidak
mampu?
Daftar pertanyaan 5
1.
Bagaimanakah puskesmas ini mendapatkan donor darah apakah
dilakukan kegiatan rutin untuk pengambilan donor darah?
2.
Apakah ada upaya yang dilakukan puskesmas untuk meningkatkan
peran masyarakat sebagai pendonor darah?
3.
Setiap harinya apakah ada stok darah di puskesmas?
4.
Apabila kehabisan stok darah, apakah apa yang akan dilakukan
oleh pihak puskesmas?
Daftar pertanyaan 6
1.
Apakah puskesmas ini sudah membudayakan untuk mengadakan
pertemuan rutin GSI?
2.
Upaya apa yang dilakukan puskesmas untuk melakukan GSI?
3.
Apa saja perubahan-perubahan dari masyarakat dengan adanya
kegiatan GSI yang dilakukan pihak puskesmas?
4.
Faktor apa saja yang menjadikan kendala dalam melakukan GSI
dan Desa siaga?
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking